Punakawan Mengiringi Prosesi “Ngunduh Mantu” di SMK Swadaya
Penampilan Punakawan mengiringi prosesi Ngunduh Mantu di SMK Swadaya
Temanggung. Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong yang diperankan oleh
siswa mengundang gelak tawa para tamu undangan.
Dalam acara Ngunduh Mantu, Punakawan sengaja dihadirkan untuk menghibur
para tamu undangan. Dalam dunia pewayangan, Punakawan adalah sosok yang humoris
namun syarat dengan ajaran-ajaran Adiluhung. Tidak berlebih jika Mursilah,
S.Pd Guru Bahasa Jawa sekaligus pegagas acara Ngunduh Mantu,
menampilkan Punakawan untuk menghibur sekaligus mengedukasi para tamu undangan.
“Aja nganti wong Jawa ilang jawane. Aja nganti bocah enom sinau budhaya asing banjur budhayane dewe
ditinggal. Budhaya adiluhung kita iku segane, budhaya asing iku lawuhe.” Ucap tokoh Semar saat menghibur tamu undangan
acara Ngunduh Mantu.
Ngunduh Mantu merupakan istilah dalam persepektif budaya Jawa yang mengacu
pada rangkaian upacara pernikahan adat Jawa.
Acara tersebut diselenggarakan setelah selesai acara resepsi perkawinan di
lingkungan tempat tinggal pengantin wanita. Ngunduh Mantu (memetik pengantin
wanita) diselenggarakan di tempat tinggal pengantin pria.
Ngunduh mantu di SMK Swadaya Temanggung bukanlah acara pernikahan sesungguhnya. Acara tersebut merupakan sarana
untuk mengenalkan siswa pada kebudayaan Jawa, khususnya
prosesi pernikahan. Setidaknya ada 70 siswa yang terlibat dalam acara
tersebut
berasal dari kelas X dan XI. Setiap siswa memiliki peran
masing-masing,
baik yang di depan atau di belakang panggung.
Leonardo
Andro Willys (XI TKJ 2) dan Dian Laksita (XI PMS 1) berperan sebagai pengantin. Empat anak berperan sebagai orang tua
pengantin
laki-laki dan perempuan. Dua anak untuk pasrah dan tampa temanten.
Dua anak sebagai pembawa acara. Sebagian berperan sebagai penabuh karawitan. Dan masih banyak lagi peran yang dimainkan, termasuk empat
anak sebagai Punakawan. Semua pemain berdandan dan memakai
kostum sesuai perannya masing-masing.
“Acara ini bertujuan untuk mengajarkan dan mengenalkan budaya adiluhung Jawa kepada
siswa-siswi SMK Swadaya Temanggung. Selama ini, saya melihat banyak generasi
muda yang sudah kehilangan jati dirinya. Kacang ninggal
lanjaran.” Ucap Mursilah selaku pembina Panembrono SMK Swadaya Temanggung.
“Selain itu, kami ingin membekali keterampilan dalam hal pelaksanaan prosesi
adat pernikahan Jawa. Agar kelak, keterampilan tersebut dapat digunakan dalam
kehidupan bermasyarakat.”
SMK Swadaya Temanggung terus mendorong
siswa-siswinya untuk mempelajari kebudayaan warisan nenek moyang. Gamelan,
wayang, adat-istiadat yang syarat dengan makna akan diajarkan kepada siswa-siswinya.
Tahun depan, acara serupa akan kembali digelar dengan kemasan lebih menarik
dan melibatkan lebih banyak pihak. Harapannya, dengan sarana
pagelaran budaya tersebut, semakin banyak generasi muda yang mengenal
kebudayaan daerah, sehingga dapat menjaga kelestarian nilai-nilai budaya luhur
bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar